Senin, 28 Mei 2012

INFEKSI GINJALPADA KEHAMILAN

Infeksi ginjal
 
Infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal, secara medis dikenal dengan Pielonefritis, umumnya disebabkan oleh Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar). Bakteri ini merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.
Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
– kehamilan
– kencing manis
– keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
Gejala umum dari penyakit ini, biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan muntah. Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal dan Kadang otot perut berkontraksi kuat.
Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali.
Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali. Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil). Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).
Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah:
– pemeriksaan air kemih dengan mikroskop
– pembiakan bakteri dalam contoh air kemih untuk menentukan adanya bakteri.
USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya.
PENGOBATAN
Segera setelah didiagnosis terkena infeksi ginjal, segera diberikan melia propolis. Karena selain efektif untuk melawan bakteri Escherichia coli, yang menyebabkan infeksi pada ginjal, melia propolis juga berfungsi sebagai antibiotik alami. Terapi antibiotik dengan menggunakan melia propolis, diyakini akan lebih aman, bahkan untuk ibu hamil sekalipun, karena melia propolis merupakan antibiotik alami. Setelah pengobatan intensif 4-6 minggu dengan pemberian antibiotik alami ini, dapat dilakukan pemeriksaan air kemih ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi. Dan setelah itu, dosis Melia Propolis dapat dikurangi, hingga tingkat perawatan/menjaga kesehatan guna mencegah kambuhnya penyakit ini.
Dalam hal sudah terjadi penyumbatan, kelainan struktural atau batu, mungkin perlu dilakukan pembedahan, atau tingkatkan dosis konsumsi propolisnya untuk menghancurkan batu ginjal.
PENCEGAHAN
Seseorang yang sering mengalami infeksi ginjal atau penderita yang infeksinya kambuh setelah pengobatan/terapi antibiotik dihentikan, dianjurkan untuk mengkonsumsi tetap mengkonsumsi melia propolis setiap hari sebagai tindakan pencegahan. Lamanya pengobatan pencegahan yang ideal tidak diketahui, tetapi seringkali dihentikan setelah 1 tahun. Jika infeksi kembali kambuh, maka pengobatan ini dilanjutkan sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan.

Secara empiris, kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan kehamilan dengan risiko yang sangat tinggi. Karena kehamilan sendiri bisa menyebabkan kelainan2 pada ginjal seperti infeksi saluran kemih, hipertensi dan lain sebagainya.

Insufisiensi Ginjal Kronis
Perhatian terhadap wanita hamil dengan penyakit ini menjadi dua kali lipat, karena satu: efek kehamilan terhadap fungsi ginjal dan dua: efek kelainn ginjalnya terhadap kehamilan.

Efek kehamilan terhadap fungsi ginjal
Bisa terjadi penurunan fungsi ginjal. Secara umum prognosa tergantung derajat dengan gangguan ginjal pada saat konsepsi, serta adanya kelainan2 penyerta, seperti tekanan darah tinggi dan bocornya protein (proteinuria). Fungsi ginjal biasanya bertahan dengan kondisi insufisiensi yang moderat.Insufisiensi ringan jika kadar serum creatinine <1.5 mg%, sedang jika kadar serum creatinine 1.5-2.4 mg% dan berat jika kadar serum creatinine >2.5 mg%

Penyebab menurunnya fungsi ginjal, pada beberapa pasien bahkan tidak diketahui. Adanya hipertensi memberi kontribusi memburuknya fungsi ginjal. Infeksi saluran kencing juga bisa memperburuk fungsi ginjal. Proteinuria yang sering terjadi pada wanita hamil bisa mempengaruhi fungsi ginjal.

Efek insufisiensi ginjal terhadap kehamilan
Secara umum, janin bisa bertahan hidup sangat besar yaitu 95%. Namun pada pasien yang menjalani dialisis (cuci darah)angkanya menjadi 52%. Penderita dengan gangguan ringan bisa mengalami komplikasi berupa BBLR, persalinan kurang bulan dan lahir mati.

Penanganan
Kunjungan ANC harus lebih sering. Beberapa penulis menganjurkan kontrol tiap 2 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu dan seminggu sekali sesudahnya. Kontrol tekanan darah pada setiap kunjungan. Lakukan test urin terhadap adanya protein serta lakukan skrining akan adanya infeksi saluran kencing. Erythropoietin dapat diberikan jika penderita mengalami anemia namun harus hati2 karena bisa memperburuk hipertensi.

Kehamilan pada pasien cuci darah
Penyakit ginjal yang membutuhkan dialisis biasanya menurunkan kesuburan. Kehamilan bisa terjadi pada 1 % pasien terutama ditahun2 awal dialisis. Penyebab infertilitasnya tidak diketahui pasti, diduga karena berbagai faktor (multifaktorial). 42% wanita yang menjalani dialisis haidnya masih tetap normal, tetapi tidak berovulasi (anovulatoir). Anemia juga berperan dan pemakaian erythropoietin didapatkan meningkatkan angka kehamilan.

Secara umum, kehamilan dilarang (kontra indikasi) pada pasien dialisis. Luaran janin selalunya jelek. Hanya 23-55% kehamilan yang bayinya bisa hidup. Kebanyakn terjadi abortus pada TM II. Bayi yang bertahanpun masih memiliki kelainan yaitu 85% lahir kurang bulan (prematur)dan 28%-nya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)atau SGA (Small For Gestasional Age). Komplikasi ibu juga ada seperti kematian ibu.

Diagnosis awal kehamilan juga agak sukar karena kadar HCG penderita dialisis juga tinggi. jika diduga hamil maka lakukan segera pemeriksaan USG.

Rekomendasi buat penderita dialisis yang hamil
Masukkan pasien dalam daftar transplantasi. Selama dialisa, lakukan monitor janin dan ibu, hindari terjadinya hipotensi akibat dialisa. Pemakaian erythropoietin bisa meningkatkan harapan hidup janin, namun harus hati2 karena bisa menimbulkan hipertensi. Peningkatan frekuensi dialisa bisa memperbaiki mortalitas dan morboditas (kesakitan).

Penangan Obstetri
Penyebab kematian dan kesakitan bayi pada pasien dengan kelainan ginjal adalah persalinan kurang bulan. Masih ada perdebatan tentang melahirkan bayi secara elektif lebih cepat dari waktunya sekitar(34-36 minggu) pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis atau yang sedang menjalani dialisis terutama jika paru janin sudah matang.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar